Tentang kita

Sekilas tentang dirimu Yang lama ku nanti
memikat hatiku jumpamu pertama kali
janji yang pernah terucap tuk satukan hati kita

namun tak pernah terjadi

Mungkinkah masih ada waktu, yang tersisa untukku
mungkinkah masih ada cinta di hatimu
Andaikan saja aku tahu
, kau tak hadirkan cintamu
inginku melepasmu dengan pelukan


Minggu, 24 Maret 2013

KESEHATAN MATERNAL DAN PERINATAL



KESEHATAN MATERNAL DAN PERINATAL
“ KONSEP KESEHATAN MATERNAL”

Disusun oleh :
Kelompok 1
Nama Anggota :
1.      Syafitri Hardianti                                                                          111 0713 002
2.      Desi Widiastuti                                                                             111 0713 017
3.      Eza Oktaviana                                                                               111 0713 030
4.      Muhammad Caesar                                                                       111 0713 044

DOSEN PEMBIMBING
AGUSTINA, SKM, M.KM

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
S1 KESEHATAN MASYARAKAT



Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
Jalan R.S. Fatmawati, Pondok Labu, Jakarta Selatan 12450
2013/2014


KATA PENGANTAR

        Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah memberikan rahmat-Nya kepada kami untuk menyelesaikan makalah Kesehatan Maternal dan Perinatal.
        Kami membuat makalah dengan judul “Kesehatan Maternal dan Proses Kehamilan” sebagai salah satu syarat guna mendapatkan nilai tugas dalam mata kuliah Kesehatan Maternal dan Proses Kehamilan. Selain itu juga sebagai media untuk menerapkan berbagai ilmu yang telah kami pelajari.
        Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan dan pembahasan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun masih diperlukan demi sempurnanya makalah ini. Kekurangan, kesalahan dan kekeliruan yang ada semata-mata karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami.
        Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan, dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-Nya.       
Amin.




Jakarta, 27 Februari 2013

Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Kesehatan maternal adalah ilmu yang mempelajari tentang kesehatan yang harus diperhatikan si ibu pada saat kehamilan, agar si calon bayi terlahir dengan keadan yang sehat tanpa adanya kecacatan. Kesehatan maternal perlu diketahui oleh ibu hamil khususnya agar pada masa kehamilan maupun persalinan tidak terjadi hal-hal yang diinginkan atau terjadi diluar kehendak. Hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kesehatan maternal diantaranya menjaga personal higiene, mengatur pola makan yang sehat dan bergizi, istirahat cukup, olahraga, periksakan kandungan secara rutin, mintalah resep obat khusus untuk ibu hamil, terhindar dari stress, dan sangat diperlukannya dukungan dari suami dan keluarga.
Di Indonesia angka kematian ibu dan bayi baru lahir (AKI dan AKB) masih terbilang tinggi. Hal ini terjadi karena terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan, terlambat dirujuk ke sistem pelayanan kesehatan lanjutan, dan terlambat dideteksi komplikasi selama kehamilan oleh tenaga kesehatan. Sehingga menyebabkan masalah-masalah selama kehamilan atau bahkan sampai persalinan. Sudah banyak kebijakan yang dibuat untuk menurunkan kematian maternal, namun pada tahun 1999-2000 di 49 negara sedang berkembang, termasuk Indonesia hanya 56.3% ibu yang memiliki akses ke pelayanan kesehatan maternal, hanya 43.9% bumil yang melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Indonesia merupakan negara ketiga terendah, yaitu hanya sebesar 52.4% ibu yang memiliki akses ke pelayanan kesehatan maternal. Akses ke fasilitas untuk pemeriksaan kehamilan di Indonesia sudah cukup tinggi, yaitu sebesar 91,5%, namun pemeriksaan dengan kategori kunjungan ante natal care (ANC) dengan kunjungan minimal 4 kali lengkap (K4) sebesar 63,7%. Angka tersebut bervariasi menurut tingkat pendidikan, usia dan tempat tinggal.
Kesenjangan ini menunjukkan kurang maksimalnya pemanfaatan pelayanan kesehatan, selain rendahnya rujukan yang dilaksanakan dengan benar, serta rendahnya pengetahuan tentang risiko kehamilan dan melahirkan. Masalah-masalah yang biasa terjadi selama maternal diantaranya hipertensi dalam kehamilan, anemia dalam kehamilan, infeksi dalam kehamilan, ketuban pecah dini, perdarahan pada kehamilan muda biasa terjadi pada trismester pertama seperti abortus, hamil anggur, dan pendaharan terjadi pada trismester akhir seperti plasenta previa, solusio plasenta.
Untuk menurunkan angka kematian ibu di Indonesia, Departemen Kesehatan melakukan strategi agar semua asuhan antenatal dan sekitar 60% dari keseluruhan persalinan dilayani oleh tenaga kesehatan terlatih.
Dengan demikian diperlukan pemahaman mengenai bagian-bagian organ genitalia perempuan dan fungsinya, memahami proses kehamilan mulai dari pembuahan, nidasi sampai plasentasi, mengetahui perkembangan fungsi organ janin sesuai dengan usia gestasi, dan masalah-masalah yang dapat terjadi selama kehamilan. Agar kita dapat mengantisipasi terjadinya permasalahan yang terjadi.
Oleh karena itu perlu di tingkatkan lagi ilmu tentang kesehatan maternal. Hal ini bertujuan untuk mengurangi angka kematian pada ibu dan anak serta mengurangi bayi terlahir dalam keadaan cacat .

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Apa saja bagian-bagian organ genitalia perempuan dan fungsinya?
2.      Bagaimana proses terjadinya kehamilan mulai dari pembuahan, nidasi sampai plasentasi?
3.      Bagaimana perkembangan fungsi organ janin sesuai dengan usia gestasi?
4.      Apa sajakah masalah-masalah yang dapat terjadi selama maternal?

1.3  TUJUAN
1.      Mengidentifikasi dan memahami bagian-bagian organ genitalia perempuan dan fungsinya
2.      Menjelaskan dan memahami proses kehamilan mulai dari pembuahan, nidasi sampai plasentasi
3.      Menjelaskan perkembangan fungsi organ janin sesuai dengan usia gestasi
4.      Mengetahui masalah-masalah yang dapat terjadi selama kehamilan



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan Maternal
Maternal adalah ibu hamil. Sehingga kesehatan maternal adalah kesehatan yang meliputi ibu hamil. Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim). Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan di bagi menjadi 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan. [Abdul Bari Saifuddin, ed. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal (Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo,2006) hal.89]
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan social dalam keluarga. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan baik kehamilan mengandung kehidupan ibu maupun janin. Resiko kehamilan ini bersifat dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya normal, secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko tinggi.


  
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 ANATOMI FISIOLOGI ORGAN REPRODUKSI WANITA
Organ reproduksi perempuan terbagi atas organ genitalia eksterna dan organ genitalia interna. Organ genitalian interna adalah bagian untuk ovulasi, tempat pembuahan sel telur, transportasi blastokis, implantasi, dan tumbuh kermbang janin sedangkan organ genitalia eksterna dan vagina adalah bagian untuk senggama . [ Trijatmo Rachimhadhi, ed. Ilmu Kebidanan Ed.4, Cet.1 (Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009) hal.115]
A.  Organ Genitalia Eksternal
Gambar organ genitalia eksterna

1.    Vulva (pukas) atau pudenda
Meliputi seluruh struktul eksternal yang dapat dilihat mulai dari pubis sampai perineum, yaitu moons veneris, labia mayora dan labia minora, klitoris, selaput dara (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar, dan struktur vascular.
2.    Mons Veneris atau mons pubis
Adalah bagian yang menonjol di atas simfisi dan pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada perempuan umumnya batas atas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke bawah sampai ke sekitar anus dan paha.
3.    Labia Mayora (bibir bibir besar)
       Terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons veneris. Ke bawah dan ke belakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk kommisura posterior. Labia mayora analog dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum berakhir di batas atas labia mayora. Setelah perempuan melahirkan beberapa kali, labia mayora menjadi kurang menonjol dan pada usia lanjut mulai mengeriput. Di bawah kulit terdapat massa lemak dan mendapat pasokan pleksus vena yang pada cedera dapat pecah dan menimbulkan hematoma.
4.    Labia Minora (bibir bibir kecil atau nymphae)
Adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu yang di atas klitoris membentuk preputium klitoridis dan yang di bawah klitorisis membentuk frenulum klitoridis. Ke belakang kedua bibir kecil juga bersatu dan membentuk fossa navikulare. Fossa navikulare ini pada perempuan yang belum pernah melahirkan kelihatan tebal dan tidak rata. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak glandula sebasea (kelenjar-kelenjar lemak) dan juga ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensitive. Jaringan ikatnya mengandung banyak pembuluh darah dan beberapa otot polos yang menyebabkan bibir kecil ini dapat mengembang.
5.    Klitoris
Kira-kira sebesar kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis dan terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis, dan dua krura yang menggantungkan klitorisi ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan urat saraf, sehingga sangat sensitive.
6.    Vestibulum
Berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke belakang dan dibatasi di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan di belakang oleh perineum.
7.    Bulbus Vestibuli
Merupakan pengumpulan vena terletak di bawah selaput lender vestibulum, dekat ramus ossis pubis. Panjangnya 3-4 cm, lebarnya 1-2 cm dan tebalnya 0,5-1 cm.
8.    Introitus Vagina (muara vagina)
Mempunyai bentuk yang berbeda-beda. Introitus vagina di tutupi oleh selaput dara (hymen). Hymen mempunyai bentuk yang berbeda-beda, dari yang semilunar (bulan sabit) sampai berlubang-lubang atau yang bersekat (septum). Konsistensinya juga berbeda-beda, dari yang kaku sampai yang lunak sekali. Hiatus himenalis (lubang selaput dara) berukuran dari yang seujung jari sampai yang mudah dilalui oleh dua jari.umumnya hymen yang secara fisik dapat robek karena berbagai cara, termasuk hubungan kelamin yang pertama.
9.    Perineum
Terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4cm.

B.  Organ Genitalia Internal
Gambar organ genitalia internal
1.    Vagina (liang kemaluan/liang senggama)
Setelah melewati introitus vagina, terdapat liang kemaluan (vagina) yang merupakan suatu penghubung antara introitus vagina dan uterus. Arahnya sejajar dengan arah dari pinggir atas simfisis ke promontorium. Arah ini penting diketahui pada waktu memasukkan jari ke dalam vagina saat melakukan pemeriksaan ginekologik. dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain, masing-masing panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 7-10 cm. bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat-lipat disebut rugae. Di tengah-tengahnya ada bagian yang lebih keras, disebut kolumna rugarum. Lipatan-lipatan ini memungkinkan vagina dalam persalinan melebar sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak jalan-lahir (saluran berotot dan dapat diregangkan yang menghubungkan uterus ke lingkungan eksternal).
2.    Uterus (rahim)
Uterus merupakan suatu organ muskular berbentuk seperti pir yang terletak di antara kandung kencing dan rektum.
·      Fungsi dari uterus adalah:
1.    Setiap bulan, berfungsi dalam pengeluaran darah haid dengan ditandai adanya perubahan dan pelepasan dari endometirum.
2.    Selama kehamilan sebagai tempat implantasi, retensi dan nutrisi konseptus.
3.    Saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan.
Ukuran uterus berbeda-beda tergantung pada usia, pernah melahirkan atau belum. Ukuran uterus pada anak-anak 2-3 cm, nuli para 6-8 cm dan multi para 8-9 cm. Uterus terdiri atas dua bagian utama yaitu serviks dan korpus uteri.
·      Serviks uteri
Serviks uteri merupakan bagian terbawah uterus, yang terdiri dari pars vaginalis dan pars supravaginalis. Komponen utama dalam serviks uteri adalah otot polos, jalianan jaringan ikat kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteridengan lubang ostium uteri externum, yang dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, danostium uteri internum.

·      Korpus uteri

Korpus uteri terdiri dari: paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri di intra abdomen, tengah lapisan muskular / miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisanendometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intra abdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis ke dalam vagina disebut ostium uteri eksternum. Isthmus adalah bagian uterus antar korpus dan serviks uteri, yang diliputi olehperitoneum viserale. Isthmus, akan melebar selama kehamilan dan disebut segmen bawah rahim.

·      Organ yang berbatasan dengan uterus adalah sebagai berikut:
1.    Sebelah atas: rongga rahim berhubungan dengan tuba falopi
2.    Sebelah bawah: berbatasan dengan saluran leher rahim (kanalis servikalis)
·      Dinding rahim terdiri atas tiga lapisan, yaitu:    
1.    Lapisan serosa (perimetrium) terletak paling luar
2.    Lapisan otot (miometrium) terletak di tengah
3.    Lapisan mukosa (endometrium) terletak paling dalam
·      Sikap dan letak uterus dalam rongga panggul terfiksasi dengan baik karena disokong dan dipertahankan oleh:
1.    Tonus rahim sendiri
2.    Tekanan intra abdominal
3.    Otot-otot dasar panggul
4.    Ligamentum-ligamentum
·      Ligamentum-ligamentum uterus adalah sebagai berikut:
1.    Ligamentum latum: Ligamentum latum terletak di sebelah kanan dan kiri uterus, meluas sampai ke dinding panggul dan dasar panggul, sehingga uterus seolah-olah menggantung padatuba.
2.    Ligamentum rotundum: Ligamentum rotundum terletak di bagian atas lateral dari uterus, kaudal dari insersi tuba. Ligamen ini menahan uterus antefleksi.
3.    Ligamentum infundibulo pelvikum: Indifundibulo pelvikum ada dua yaitu di bagian kiri kanan dari infundibulum dan ovarium. Ligamentum ini menggantungkan uterus pada dinding panggul.
4.    Ligamentum kardinale: Ligamentum kardinale terdapat di kiri kanan dari serviks setinggi ostium internum ke dinding panggul.
5.    Ligamentum sakro uterinum: Ligamentum sakro uterinum terdapat di kiri dan kanan dariserviks sebelah belakang ke sakrum mengelilingi rektum.
6.    Ligamentum vesiko uterinum: Ligamentum vesiko uterinum terletak pada daerah uterus ke kandung kencing.
·      Letak uterus adalah sebagai berikut:
1.    Antefleksi (menekan ke depan), merupakan letak fisiologis
2.    Retrofleksi (menghadap ke belakang)
3.    Anteversio, uterus terdorong ke depan
4.    Retroversio, uterus terdorong ke belakang
5.    Torsio, uterus yang memutar
Pembuluh darah yang mengaliri uterus adalah arteri uterina dan arteri ovarika
3.    Tuba falloppi
Tuba falopi terdapat pada tepi atas ligamentum latum, berjalan ke arah lateral, kornu uteri kanan dan kiri. Panjang tuba falopi adalah 12 cm, dengan diameter 3-8 mm.
·      Fungsi dari tuba falopi adalah:
1.    Menangkap dan membawa ovum dari ovarium ke uterus
2.    Tempat terjadinya konsepsi
·      Tuba falopi terdiri atas 4 bagian yaitu:
1.    Pars interstisialis: Pars interstisialis merupakan bagian tuba yang berjalan dari dinding uterusmulai dari ostium tuba.
2.    Pars ismika: Pars ismika merupakan bagian tuba setelah ke luar dinding uterus. Pars ismika merupakan bagian yang lurus dan sempit.
3.    Pars ampularis: Pars ampularis merupakan bagian tuba antara pars ismika dengan infundibulum. Pars ampularis merupakan bagian tuba yang paling lebar dan berbentuk S. Pars ampularis merupakan tempat terjadinya konsepsi.
4.    Infundibulum: Infundibulum merupakan bagian ujung dari tuba dengan umbai-umbai yang disebut fimbrae. Fungsi dari fimbrae untuk menangkap ovum yang matang. Lubang pada fimbrae disebut ostium abdominale tuba.
4.    Ovarium (Indung Telur)
Ovarium homolog dengan testis pada pria. Ovarium berbentuk oval dan terletak pada dinding panggul bagian lateral yang disebut fossa ovarium. Ovarium ada dua yaitu terletak di kiri dan kanan uterus. Ovarium dihubungkan oleh ligamentum ovarii propium dan dihubungkan dengan dinding panggul dengan perantara ligamentum infundibulo pelvikum.

·      Fungsi ovarium adalah sebagai berikut:
1.    Mengeluarkan hormon progesteron dan esterogen
2.    Mengeluarkan telur setiap bulan
Ukuran ovarium sekitar 2,5-5 cm x 1,5-3 cm x 0,9-1,5 cm. Berat ovarium kurang lebih 4-8 gram. Pada seorang wanita, terdapat 100.000 folikel primer. Folikel tersebut setiap bulan akan matang dan keluar, terkadang dua folikel matang dan keluar bersamaan. Folikel primer ini akan berkembang menjadi folikel de graaf. Folikel de graaf yang matang terdiri atas: ovum, stratum granulosum, teka internus, dan teka eksternus.
3.2 FISIOLOGI KEHAMILAN
Untuk terjadi kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi. Setiap spermatozoa terdiri atas tiga bagian yaitu kaput atau kepala yang berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung bahan nucleus, ekor, dan bagian yang silindrik (leher) menghubungkan kepala dengan ekor. Dengan getaran ekornya spermatozoa dapat bergerak cepat.
Dalam pertumbuhan embrional spermatogonium berasal dari sel-sel primitive tubulus-tubulus testis. Setelah janin dilahirkan, jumlah spermatogonium yang ada tidak mengalami perubahan sampai masa pubertas tiba. Pada masa pubertas sel-sel spermatogonium tersebut dalam pengaruh sel-sel interstisial leydig mulai aktif mengadakan mitosis, dan terjadilah proses spermatogenesis yang sangat kompleks. Setiap spermatogonium membelah dua dan menghasilkan spermatosit primer. Spermatosit primer ini membelah dua dan menjadi dua spermatosit sekunder; kemudian spermatosit sekunder membelah dua lagi dengan hasil dua spermatid yang masing-masing memiliki jumlah kromososm setengah dari jumlah yang khas untuk jenis itu. Dari spermatid ini kemudian tumbuh spermatozoa.
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genital ridge janin, dan di dalam janin jumlah oogonium bertambah terus sampai pada usia kehamilan enam bulan. Pada waktu dilahirkan, bayi mempunyai sekurang-kurangnya 750.000 oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel-folikel . pada anak berumur 6-15 tahun ditemukan 439.000 oogonium dan pada umur 16-25tahun hanya 34.000 oogonium. Pada masa menopause semua oogonium menghilang.
Sebelum janin dilahirkan, sebagian besar oogonium mengalami perubahan-perubahan pada nukleusnya. Terjadi pula migrasi dari oogonium kearah korteks ovarium sehingga pada waktu dilahirkan korteks korteks ovarium terisi dengan folikel ovarium primordial. Padanya dapat dilihat bahwa kromosomnya telah berpasangan, DNA-nya berduplikasi, yang berarti bahwa sel menjadi tetraploid. Pertumbuhan selanjutnya terhenti – oleh sebab yang belum diketahui – sampai folikel itu terangsang dan berkembang lagi ke arah kematangan. Sel yang terhenti dalam profase meiosis dinamakan oosit primer. Oleh rangsangan FSH meiosis berlangsung terus. Benda kutub (polar body) pertama di sisihkan dengan hanya sedikit sitoplasma, sedangkan oosit sekunder ini berada di dalam sitoplasma yang cukup banyak. Proses pembelahan ini terjadi sebelum ovulasi. Proses ini disebut pematangan pertama ovum; pematangan kedua ovum terjadi pada waktu spermatozoa membuahi ovum. [Trijatmo Rachimhadhi, ed. Ilmu Kebidanan Ed.4, Cet.1 (Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009) hal.139]
·         Spermatogenesis
Spermatogenesis merupakan proses pembentukan dan pematangan spermatozoa (sel benih pria). Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan spermatogonium menjadi sel yang lebih besar disebut spermatosit primer. Sel-sel ini membelah secara mitosis menjadi dua spermatosit sekunder yang sama besar, kemudian mengalami pembelahan meiosis menjadi empat spermatid yang sama besar. Spermatid adalah sel bundar dengan sejumlah besar protoplasma dan merupakan gamet dewasa dengan sejumlah kromosom haploid. Proses ini berlangsung dalam testis (buah zakar) dan lamanya sekitar 72 hari. Proses spermatogenesis sangat bergantung pada mekanisme hormonal tubuh.
Struktur Sperma
Sel-sel sperma memiliki struktur yang khusus. Struktur spermatozoa tersebut terlihat mempunyai bentuk mirip seperti kecebong (anak katak yang baru menetas), terdapat bagian kepala dan ekor, dapat terlihat bahwa sel-sel sperma memiliki struktur sebagai berikut.
Representasi skematik spermatozoa tampak “frontal”
1)      Kepala
Pada bagian ini terdapat inti sel. Bagian kepala dilengkapi dengan suatu bagian yang disebut dengan akrosom, yaitu bagian ujung kepala sperma yang berbentuk agak runcing dan menghasilkan enzim hialuronidase yang berfungsi untuk menembus dinding sel telur. Di bagian kepala ini terdapat 22 kromosom tubuh dan 1 kromosom kelamin yaitu kromosom Xatau Y, kromosom X untuk membentuk bayi berkelamin perempuan, sedangkan kromosom Y untuk membentuk bayi berkelamin laki-laki. Kromosom kelamin laki-laki inilah nantinya yang akan menentukan jenis kelamin pada seorang bayi.
2)      Bagian tengah
Bagian tengah mengandung mitokondria yang berfungsi untuk pembentukan energi. Energi tersebut berfungsi untuk pergerakan dan kehidupan sel sperma. Bahan bakar dalam pembentukan energi ini adalah fruktosa.
3)      Ekor
Bagian ekor lebih panjang, bersifat motil atau banyak bergerak. Fungsinya adalah untuk alat pergerakan sperma sehingga dapat mencapai sel telur. Pergerakan sel ini maju didorong oleh bagian ekor dengan pergerakan menyerupai sirip belakang ikan.

A.    Pembuahan
Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen- mikrofilamen fimbria infundibulum tuba ke arah pars ampularis. Ovum ini mempunyai diameter 0,1 mm. ditengah-tengah di jumpai nucleus yang berada dalam metaphase pada pembelahan pematangan kedua, terapung-apung dalam sitoplasma yang kekuning-kuningan yakni vitelus. Vitelus ini mengandung banyak zat karbohidrat dan asam amino.
Ovum dilingkari oleh zona pelusida. Di luar zona pelusida ini ditemukan sel-sel korona radiate dan di dalamnya terdapat ruangan perifitelina tempat benda-benda kutub. Jumlah sel-sel korona radiate di dalam perjalan ovum di ampula tuba semakin berkurang sehingga ovum hanya dilingkari oleh zona pelusida pada waktu berada dekat pada perbatasan anatar ampula tuba dan ismus tuba tempat pembuahan terjadi.
Jutaan spermatozoa di tumpahkan di forniks vagina dan di sekitar porsio pada waktu kortus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke kavum uterus dan tuba, dan hanya beberapa ratus dapat sampai ke bagian ampulla tuba dimana spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah siap di buahi. Hanya satu spermatozoa yang mempunyai kemampuan untuk membuahi. Pada spermatozoa di temukan peningkatan konsentrasi DNA di nucleus dan kaputnya lebih mudah menembus dinding ovum oleh karena di duga dapat melepaskan hialu ronidase.
Fertilisasi atau pembuahan adalah penyatuan ovum dan spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampulla tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetic. Hanya satu spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi membrane sel ovum. 
Untuk mencapai ovum spermatozoa harus melewati korona radiate (lapisan sel luar ovum) dan zona pelusida suatu bentuk glikoprotein ekstraselular yaitu dua lapisan yang menutupi dan mencegah ovum mengalami fertilisasi lebih dari satu spermatozoa.
Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi korteks ovum. Granula korteks di dalam ovum berfusi dengan membrane sel sehingga enzim di dalam granula-granula di keluarkan secara eksositosis ke zona pelusida, hal ini menyebabkan glikoprotein di zona pelusida berkaitan satu sama lain membentuk suatu materi yang keras yang tidak dapat di tembus oleh spermatozoa. Setelah spermatozoa menembus zona pelusida ia kehilangan membrane nucleus yang tinggal hanya pronukleus, sedangkan ekor spermatozoa dan mitokondria berdegenerasi.
Jumlah kromosom pada pronukleus ovum dan spermatozoa masing-masing bersifat haploid. Kedua pronukleus saling mendekati dan bersatu membentuk zygot yang terdiri atas bagian genetic dari perempuan dan laki-laki. Pada manusia terdapat 46 kromosom, 44 kromosom autosom dan 2 kromosom kelamin, pada seorang laki-laki 1X dan 1Y. Zygot sebagai hasil pembuahan yang memilikin 44 kromosom autosom serta 2 kromosom X akan tumbuh sebagai janin perempuan, sedangkan yang memiliki 44 kromosom autosom serta 1 kromosom X dan 1 kromosom Y akan tumbuh menjadi janin laki-laki. Pembelahan zygot terjadi beberapa jam setelah pembuahan. Dalam tiga hari terbentuk kelompok sel yang sama besarnya hasil konsepsi berada dalam stadium MORULA. [Trijatmo Rachimhadhi, ed. Ilmu Kebidanan Ed.4, Cet.1 (Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009) hal.140]
B.     Nidasi
Nidasi/implantasi merupakan peristiwa masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium. Selanjutnya hari ke empat hasil konsepsi mencapai stadium blastula disebut blastokista, suatu bentuk yang di bagian luarnya adalah tropoblas dan di bagian dalamnya masa inter sel. Massa inersel berkembang menjadi janin dan tropoblas akan berkembang menjadi plasenta. Dengan demikian blaskokista diselubungi oleh suatu simpai yang disebut tropoblas. Tropoblas ini sangat kritis untuk keberhasilan kehamilan terkait dengan keberhasilan implantasi, produksi hormone kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran maternal ke dalam plasenta dan kelahiran bayi. Sejak tropoblas terbentuk produksi human chorionic gonadotropin (Hcg) dimulai, suatu hormone yang memastikan bahwa endometrium akan menerima (reseptif) itu dalam implantasi embrio.
Pada umumnya blastokista masuk di endometrium dengan bagian dimana massa iner sel berlokasi. Dikemukakan bahwa hal ini yang menyebabkan tali pusat berpangkal sentral atau para sentral. Bila sebaliknya dengan bagian lain blastokista memasuki endometrium maka terdapatlah tali pusat dengan insesio velamentosa. Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus dekat dengan fundus uterus. Jika nidasi ini terjadi barulah dapat disebut adanya kehamilan.
Setelah nidasi berhasil selanjutnya hasil konsepsi akan bertumbuh dan berkembang di dalam endometrium. Embrio ini selalu terpisahkan dari darah dan jaringan ibu oleh suatu lapisan sitotrofoblas (mononuclear trophoblas) di sisi bagian dalam dan sinsiotrophoblas (multinuclear trophoblas) di sisi bagian luar. Kondisi ini kritis tidak hanya untuk pertukaran nutrisi tetapi juga untuk melindungi janin yang bertumbuh dan berkembang dari serangan imunologik maternal. Bila nidasi telah terjadi mulailah diferensiasi sel-sel blastokista. Sel-sel yang lebih kecil yang dekat dengan ruang eksoselong membentuk entoderm dan yolk sac, sedangkan sel-sel yang lebih besar menjadi ectoderm dan membentuk ruang amnion. Dengan ini di dalam blastokista terdapat suatu embrional plate yang membentuk antara dua ruangan yakni ruang amnion dan yolk sac. Pertumbuhan embrio terjadi dari embrional plate yang selanjutnya terdiri dari tiga lapisan yakni ectoderm, mesoderm, dan entoderm. [Trijatmo Rachimhadhi, ed. Ilmu Kebidanan Ed.4, Cet.1 (Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009) hal.143]
C.    Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium plasentasi dimulai. Pada umumnya plasentasi berlangsung 12 sampai 18 minggu setelah fertilisasi.
Dalam dua minggu pertama perkembangan hasil konsepsi tropoblas infasiv telah melakukan penetrasi ke pembuluh darah endometrium. Tiga minggu pasca fertilisasi sirkulasi darah janin dapat di identifikasikan dan dimulai pembentukan vili koliaris. Vili koliaris ini akan bertumbuh menjadi masa jaringan yaitu plasenta.
Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan korian. Plasenta yang demikian dinamakan plasenta jenis hemokorial. Disini jelas tidak ada pencampuran darah anatara darah janin dan darah ibu. Ada juga sel-sel desidua yang tidak dapat dihancurkan oleh trofoblas dan sel-sel ini akhirnya membentuk lapisan fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch. Ketika proses melahirkan plasenta terlepas dari endometrium pada lapisan Nitabuch ini.
3.3    TANDA-TANDA KEHAMILAN
A.       Tanda Pasti Kehamilan
1.    Teraba bagian-bagian bayi
2.    Tampak dalam USG
3.    Bunyi jantung foetus positif
4.    Tampak rangka dalam roentgen
B.       Tanda-Tanda Umum (Belum Pasti)
1.    Perubahan warna kulit pada putting susu, areola mammae, dan linea alba
2.    Payudara membesar dan menegang
3.    Test kehamilan positif
C.       Perubahan Fisik Ibu Hamil
1.    Perut membesar
2.    Payudara membesar
3.    Areola mammae menghitam
4.    Linea alba menjadi gelap
5.    Striae gravidarum
6.    Berat badan bertambah
7.    Pada trimester terakhir kehamilan, kaki membengkak dan poliuri
D.       Pemeriksaan kehamilan
1.    Setiap satu bulan sekali sampai memasuki trimester ketiga
2.    Setiap dua minggu sekali sampai memasuki bulan ke-9
3.    Setiap seminggu sekali selama bulan terakhir



3.4    PENAKSIRAN USIA KEHAMILAN BERDASARKAN TINGGI FUNDUS
1.    12 minggu, tinggi fundus sedikit diatas simfisis pubis
2.    16 minggu, tinggi fundus dipertengahan antara simfisis pubis dan umbilikus
3.    20 minggu, tinggi fundus 1-2 jari di bawah umbilicus
4.    24 minggu, tinggi fundus 1-2 jari di atas umbilicus
5.    28-30 minggu, tinggi fundus 3 jari di atas umbilicus
6.    32 minggu, tinggi fundus 3 jari di bawah procesus xyphoideus
7.    36-38 minggu, tinggi fundus 1 jari di bawah procesus xyphoideus
8.    40 minggu, tinggi fundus 2-3 jari dibawah procesus xyphoideus
3.5     PERKEMBANGAN FUNGSI ORGAN JANIN
Usia gestasi 6 minggu, membentuk hidung, dagu, palatum dan tonjolan paru. Jari-jari telah berbentuk namun masih tenggelam dan jantung telah terbentuk penuh.
Usia 7 minggu mata tampak pada muka, pembentukan alis dan lidah.
Usia 8 minggu mirip bentu manusia, mulai pembentukan genitalia eksternal, sirkulasi melalui tali pusat di mulai, tulang mulai terbentuk.
Usia 9 minggu kepala meliputi separuh pusar janin, terbentuk muka janin, kelopak mata terbentuk namun tak akan membuka sampai minggu ke 28.
Usia 13 sampai 16 minggu janin berukuran 15cm ini merupakan awal dari trisemester II, kulit janin masih transparan, mulai tumbuh lanugo (rambut janin), janin bergerak aktif yaitu menghisap dan menelan air ketuban, telah terbentuk mekonium (feses dalam usus), jantung berdenyut 120-150/menit.
Usia 17 sampai 24 minggu, komponen mata terbentuk penuh juga sidik jari, seluruh tubuh diliputi oleh verniks kaseosa (lemak). Janin mempunyai reflex.
Usia 25 sampai 28  minggu, saat ini disebut permulaan trimester III dimana terdapat perkembangan otak yang cepat, system saraf mengendalikan gerak dan fungsi tubuh, mata sudah membuka. Kelangsungan hidup pada periode ini sangat sulit bila lahir.
Usia 29 sampai 32 minggu, bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup (50-70%). Tulang telah terbentuk sempurna, gerakan nafas telah regular, suhu relative stabil.
Usia 33-36 minggu, berat janin 1500-2500 gram, bulu kulit janin (lanugo) m ulai berkembang, pada saat 35 minggu paru telah mature. Janin akan dapat hidup tanpa kesulitan.
Usia 37-40 minggu, sejak 38 minggu kehamilan di sebut aterm, dimana bayi akan meliputi seluruh uterus. Air ketuban akan mulai berkurang tetapi masih dalam batas normal.
3.6    MASALAH PADA KEHAMILAN
       A.  Kelainan usia kehamilan
1.    Kehamilan normalnya berlangsung selama 37-42 minggu
2.    Kehamilan yang berakhir sebelum minggu ke-22, disebut abortus
3.    Kehamilan yang berakhir pada minggu ke-22 sampai ke-28, disebut immatur
4.    Kehamilan yang berakhir pada minggu ke-28 sampai ke-37, disebut prematur
5.    Kehamilan yang melebihi minggu ke-42, disebut serotinus
B.     Perdarahan pada kehamilan
1.    Pada kehamilan trimester pertama
§  Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu, berat janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus provokatus. [Bantuk Hadijanto. Ilmu Kebidanan Ed.4, Cet.1 (Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009) hal.460]
§  Hamil anggur
2.    Pada kehamilan trimester terakhir
§  Placenta praevia
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Gejala perdarahan awal plasenta previa, pada umumnya hanya berupa perdarahan bercak atau ringan dan umumnya berhenti secara spontan.

Gejala tersebut, kadang-kadang terjadi waktu bangun tidur. Tidak jarang, perdarahan pervaginam baru terjadi pada saat in partu. Jumlah perdarahan yang terjadi, sangat tergantung dari jenis plasenta previa. [Abdul Bari Saifuddin. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal Ed.1 Cet.4 (Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2006) hal.162]
§  Solutio placenta
Solution plasenta ialah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau berta janin di atas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter. Hematoma dapat semakin membesar kea rah pinggir plasenta sehingga jika amniokhorion sampai terlepas, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak terlepas, perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).
Perdarahan keluar
Perdarahan tersembunyi
1.      Keadaan umum penderita relative lebih baik
1.      Keadaan penderita lebih jelek
2.      Plasenta terepas sebagian atau inkomplit
2.      Plasenta terlepas luas, uterus kerang/tegang
3.      Jarang berhubungan dengan hipertensi
3.      Sering berkaitan dengan hipertensi
[Abdul Bari Saifuddin. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal Ed.1 Cet.4 (Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2006) hal.166]

C.    Hipertensi dalam kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Hal ini disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas, juga oleh perawatan dalam persalinan masih ditangani oleh petugas non medic dan system rujukan yang belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh semua lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang prngrlolaan hipertensi dalam kehamilan harus benar-benar dipahami oleh semua tenaga medic baik di pusat maupun di daerah.
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan Report of the National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2011 ialah
1)      Hipertensi kronik;
Adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertema kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.
2)      Preeklampsia-eklampsia;
Preeclampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria.
Eklampsia adalah preeclampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan atau koma.
3)      Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia;
Adalah hipertensi kronik di sertaitanda-tanda preeclampsia atau hipertensi kronik disertai proteinuria.
4)      Hipertensi gestasional.
Disebut juga transient hypertension adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeclampsia atau tanpa proteinuria.
[Muh. Dikman Angsar. Ilmu Kebidanan Ed.4, Cet.1 (Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009) hal.531]

Penjelasan tambahan
1)      Hipertensi ialah tekanan darah sistolik dan diastolic ≥ 140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolic ≥ 15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi. 
2)      Proteinuria ialah adanya 300 mg protein dalam urin selama 24 jam atau sama dengan ≥ 1+ dipstick.
3)      Edema, dahulu edema tungkai, dipakai sebagai tanda-tanda preeclampsia, tetapi sekarang edema tungkai tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata (anasarka). Perlu dipertimbangkan factor risiko timbulnya hipertensi dalam kehamilan, bila didapatkan edema generalisata atau kenaikan berat badan > 0,57 kg/minggu. Primigravida yang mempunyai kenaikan berat badan rendah, yaitu < 0,34 kg/minggu, menurunkan risiko hipertensi, tetapi menaikkan risiko berat badan bayi rendah.
Faktor Risiko
Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan yang dapat dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut :
1.      Primigravida, primipaternitas.
2.      Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multiple, diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar.
3.      Umur yang ekstrim.
4.      Riwayat keluarga pernah preeclampsia/eklampsia
5.      Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
6.      Obesitas
[Muh. Dikman Angsar. Ilmu Kebidanan Ed.4, Cet.1 (Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009) hal.532]
·         Preeklampsia
Preeclampsia meerupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeclampsia dapat dibagi menjadi preeclampsia ringan dan preeclampsia berat. Pembagian preeclampsia menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita dengan preeclampsia ringan dapat mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam koma.

Gambaran klinik preeclampsia bervariasi luas dan sangat individual. Kadang-kadang sukar untuk menentukan gejala preeclampsia mana yang timbul lebih dahulu. Secara teoritik urutan-urutan gejala yang timbul pada preeclampsia ialah edema, hipertensi, dan terakhir proteinuria; sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan di atas, dapat dianggap bukan preeclampsia. Dari semua gejala tersebut, timbulnya hipertensi dan proteinuria merupakan gejala yang paling penting. Namun, sayangnya penderita seringkali tidak merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan penglihatan, atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut.
Preeclampsia Ringan
Preeclampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.
Diagnosis preeclampsia ringan ditegakkan berdasar atas timbulnys hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah kehamilan 20 minggu.
-       Hipertensi: sistolik/distolik ≥ 140/90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan diastolic ≥ 15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai criteria preeclampsia.
-       Proteiunuria: ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1 + dipstick.
-       Edema: edema local tidak dimasukkan dalam criteria preeclampsia, kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.
Preeclampsia Berat
Preeclampsia berat ialah preeclampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam.
Preeclampsia digolongkan preeclampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut:
-       Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
-       Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.
-       Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.
-       Kenaikan kadar kreatinin plasma.
-       Gangguan visus dan serebal: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan pandangan kabur.
-       Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat terganggunya kapsul glisson).
-       Edema paru-paru dan sianosis
-       Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat.
[Muh. Dikman Angsar. Ilmu Kebidanan Ed.4, Cet.1 (Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009) hal.542]
·         Eklampsia
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeclampsia, yang disertai dengan kejang menyeluruh dan koma. Sama halnya dengan preeclampsia, eklampsia dapat timbul pada ante, intra, dan postpartum. Eklampsia postpartum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan. Pada penderita preeclampsia yang akan kejang, umumnya member gejala-gejala atau tanda-tanda yang khas, yang dapat dianggap sebagai tanda prodoma akan terjadinya kejang. Preeclampsia yang disertai dengan tanda-tanda prodoma ini disebut sebagai impending eclampsia atau imminent eclampsia.
Diagnosis banding. Kejang pada eklampsia harus dipikirkan kemungkinan kejang akibat penyakit lain. Oleh karena itu, diagnosis banding eklampsia menjadi sangat penting, misalnya perdarahan otak, hipertensi, lesi otak, kelainan metabolic, meningitis, epilepsy iatrogenic. Eklampsia selalu didahului oleh preeclampsia. Sering dijumpai perempuan hamil yang tampak sehat mendadak menjadi kejang-kejang eklampsia, karena tidak terdeteksi adanya preeclampsia sebelumnya.
Kejang-kejang dimulai dengan kejang tonik. Kejang tonik disusul dengan kejang klonik. Lama kejang klonik ini kurang lebih 1 menit, kemudian berangsur-angsur kontraksi melemah dan akhirnya berhenti serta penderita jatuh ke dalam koma. Koma yang terjadi setelah kejang, berlangsung sangat bervariasi dan bila tidak segera diberi obat-obat antikejang akan segera disusul dengan episode kejang berikutnya. Penderita yang sadar kembali dari koma, umumnya mengalami disorientasi dan sedikit gelisah.
[Muh. Dikman Angsar. Ilmu Kebidanan Ed.4, Cet.1 (Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009) hal.542]




·         Hipertensi kronik
Hipertensi kronik dalam kehamilan adalah hipertensi yang didapatkan sebelum timbulnya kehamilan. Apabila tidak diketahui adanya hipertensi sebelum kehamilan, maka hipertensi kronik didefinisikan bila didapatkan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg sebelum umur kehamilan 20 minggu.
Ciri-ciri hipertensi kronik : umur ibu relative tua di atas 35 tahun, tekanan darah sangat tinggi, umumnya ditemukan kelainan jantung ginjal, dan diabetes mellitus, obesitas, penggunanaan obat-obat antihipertensi sebelum kehamilan.
Dampak hipertensi kronik pada kehamilan :
Dampak pada ibu. Bila perempuan hamil mendapat monoterapi untuk hipertensinya, dan hipertensi dapat terkendali, maka hipertensi kronik tidak berpengaruh buruk pada kehamilan, meski tetap mempunyai risiko terjadinya solusio plasenta, ataupun superimposed preeclampsia. Hipertensi kronik yang diperberat oleh kehamilan akan member tanda (a) kenaikan mendadak tekanan darah, yang akhirnya disusul proteinuria dan (b) tekanan darah sistolik > 200 mmHg diastolic > 130 mmHg, dengan akibat segera terjadi oliguria dan gangguan ginjal.
Tujuan pengelolaan hipertensi kronik dalam kehamilan adalah meminimalkan atau mencegahdampak buruk pada ibu ataupun janin akibat hipertensinya sendiri ataupun akibat obat-obat antihipertensi. Secara umum ini berarti mencegah terjadinya hipertensi yang ringan menjadi lebih berat, yang dapat dicapai dengan cara farmakologis atau perubahan pola hidup: diet, merokok, alcohol, dan substance abuse.
·         Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia
Diagnosis superimposed preeclampsia sulit, apalagi hipertensi kronik disertai kelainan ginjal dengan proteinuria. Tanda-tanda superimposed preeclampsia pada hipertensi kronik adalah a) adanya proteinuria, gejala-gejala neurologic, nyeri kepala hebat, gangguan visus, edema patologik yang menyeluruh, oliguria, edema paru. b) kelainan laboratorium : berupa kenaikan serum kreatinin, trombositopenia, kenaikan transminase serum hepar.
Sikap terhadap persalinan ditentukan oleh derajat tekanan darah dan perjalanan klinik. Bila didapatkan tekanan darah yang terkendali, perjalanan kehamilan normal, pertumbuhan janin normal, dan volume amnion normal, maka dapat diteruskan sampai aterm (parkland Memorial Hospital, Dallas). Bila terjadi komplikasi dan kesehatan janin bertambah buruk, maka segera diterminasi dengan induksi persalinan, tanpa memandang umur kehamilan. Secara umum persalinan diarahkan pervaginam, termasuk hipertensi dengan superi,posed preeclampsia, dan hipertensi kronik yang tambah berat.
[Muh. Dikman Angsar. Ilmu Kebidanan Ed.4, Cet.1 (Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009) hal.556]
D.    Ketuban pecah dini (KPD)
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion yang sangat erat ikatannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti sel epitel, sel mesenkim, dan sel trofoblas yang terikat erat dalam matriks kolagen. Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi.
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam pross persalinan. Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan premature. Dalam keadaan normal 8-10 perempuan hamil aterm akan mengalami Ketuban Pecah Dini.
Ketuban Pecah Dini Prematur terjadi 1% kehamilan. Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstra selular amnion, korion, dan apoptosis membrane jannin. Membrane janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokini, dan protein hormone yang merangsang aktivitas “matrix degrading enzyme”.
Mekanisme Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dalam persalinann secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban pecah.
Faktor risiko untuk terjadinya Ketuban Pecah Dini adalah:
-          Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen
-          Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur abnormal karena antara lain merokok.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trismester ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trismester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban.

Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban Pecah Dini pada kehamilan premature disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. [Soetomo Soewarto. Ilmu Kebidanan Ed.4, Cet.1 (Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009) hal.677]

3.7  TUJUAN KESEHATAN MATERNAL
Ø  Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
Ø  Meningkatkan dan memperthankan kesehatan fisik, mental, dan social ibu dan bayi.
Ø  Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil.
Ø  Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
Ø  Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.



BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Maternal adalah ibu hamil. Sehingga kesehatan maternal adalah kesehatan yang meliputi ibu hamil. Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim). Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan.
Sistem reproduksi berfungsi memperbanyak spesies. Hanya melalui system reproduksilah cetak biru genetic yang kompleks dari tiap-tiap spesies dapat bertahan melebihi masa hidup tiap-tiap anggota spesies tersebut. Dalam penghasilan janin diperlukan organ reproduksi laki-laki dan perempuan. Fungsi daripada organ reproduksi pria adalah (1) pembentukkan sperma (spermatogenesis) dan (2) penyaluran sperma pada wanita. Sedangkan fungsi wanita dalam reproduksi lebih rumit daripada pria. Fungsi utama system reproduksi pada wanita adalah (1) pembentukan ovum (oogenesis); (2) menerima sperma;  (3) transportasi sperma dan ovum ke tempat penyatuan (fertilisasi/pembuahan, atau konsepsi); (4) pemeliharaan janin yang sedang berkembang sampai janin tersebut dapat bertahan hidup di dunia luar (gestasi atau kehamilan), termasuk pembentukkan plasenta, organ pertukaran anatara ibu dan janinnya; (5) melahirkan bayi (partus); dan (6) memberi makan pada bayi yang baru dilahirkan dengan menghasilkan susu (laktasi).
Organ genitalia eksterna terdiri dari vulva (pukas) atau pudenda. Meliputi seluruh struktul eksternal yang dapat dilihat mulai dari pubis sampai perineum, yaitu moons veneris, labia mayora dan labia minora, klitoris, selaput dara (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar, dan struktur vascular. Organ genitalia interna meliputi vagina, serviks, kanalis servikalis, uterus, tuba fallopii dan ovarium.
Fertilisasi atau pembuahan adalah penyatuan ovum dan spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampulla tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetic. Hanya satu spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi membrane sel ovum. 
Nidasi/implantasi merupakan peristiwa masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium. Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium plasentasi dimulai. Pada umumnya plasentasi berlangsung sampai 12 -18 minggu setelah fertilisasi. (Sarwono Prawirohardjo, 2011).
4.2  Rekomendasi
Untuk ibu dalam menjaga kesehatan pada saat hamil, diperlukan kunjungan ke rumah sakit, puskesmas atau bidan sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan.
·         Satu kali pada triwulan pertama
·         Satu kali pada triwulan kedua
·         Dua kali pada triwulan ketiga
      Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7T” :
·         (Timbang) berat badan
·         Ukur (Tekanan) darah.
·         Ukur (Tinggi) fundus uteri
·         Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap.
·         Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan.
·         Tes terhadap penyakit menular seksual.
·         Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi stiap saat. Itu sebabnya ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya.



DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Saifuddin,ed.2006.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Materna Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo
Abdul Bari Saifuddin, ed. 2009. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.                                                                                                                                                               
Proses Terjadinya Kehamilan http://bidanku.com/index.php?/proses-terjadinya kehamilan#ixzz2LdscyXfp